Reinkarnasi Sang Jenderal: Kebangkitan Dunia Baru

Chapter 13: Reinkarnasi Sang Jenderal: Kebangkitan Dunia Baru



Bab 14 – Balas Dendam Regan dan Pemanggilan Perang

Kota Flareden kini hanya tersisa puing-puing berasap, tapi bara di dalam hati Kerajaan Sirevar telah menyala penuh.

Dan seseorang sedang meniup apinya.

Pangeran Regan.

Di dalam aula pribadi yang dipenuhi perwira tinggi dan bangsawan terikat sumpah, Regan berdiri di atas panggung batu dengan wajah dingin dan mata menyala merah samar.

Ia menatap patung besar di tengah ruangan — lambang kerajaan — dan berkata dengan suara yang menggema:

"Hari ini, kita bukan hanya kehilangan Menara Veyna. Kita kehilangan kendali atas Pewaris Api. Dan itu… adalah deklarasi perang."

Pengumpulan Kekuatan Gelap

Di belakang Regan, tujuh pilar sihir berdenyut merah menyala. Dari pilar itu, muncul para Prajurit Arka, hasil eksperimen Proyek Seraphim — manusia setengah iblis, setengah mesin sihir.

Tubuh mereka tinggi, berotot, dan tidak punya suara. Hanya tunduk. Hanya menjalankan.

Regan menatap mereka dan mengangkat tangannya tinggi.

"Kirimi semua wilayah perbatasan perintah wajib siaga. Bakar rumah para pendukung Arkhen. Tangkap siapa pun yang bicara soal 'Pewaris' selain aku."

"Dan hidupkan kembali Unit Pemburu Takdir."

Salah satu bangsawan tua terkejut. "Paduka… unit itu sudah dimusnahkan 20 tahun lalu. Mereka adalah… legenda."

Regan menatapnya tajam. "Legenda tak berarti mati. Mereka hanya tidur."

Di Persembunyian Kael

Di sebuah reruntuhan kuil tua tempat Kael dan timnya menginap, Valeth masih tertidur. Namun tubuhnya sudah stabil. Tanda Pewaris Api di dadanya kini berpola seperti bunga api, tidak lagi menyala liar.

Runa menyilangkan tangan, memandangi api unggun kecil.

"Kau sadar kan, Kael… kita baru saja menampar wajah Regan di depan seluruh kerajaannya?"

Kael mengangguk pelan. "Dan aku berharap dia membalasnya."

Salva menyeringai. "Karena sekarang kita bisa membaca pola balasannya?"

Kael menatap mereka semua. "Karena sekarang kita tahu bahwa ini bukan soal bertahan lagi… ini soal mengguncang tahta."

Strategi Kontra Perang

Kael membentangkan peta besar di lantai reruntuhan.

"Regan pasti akan memusatkan kekuatan di tiga titik: ibukota, benteng proyek Seraphim, dan wilayah pasokan sihir."

"Kita akan lakukan gerilya. Serang pasokan. Potong jalur komunikasi. Dan… sebarkan kebenaran."

Salva memiringkan kepala. "Kebenaran?"

Kael tersenyum tipis. "Bahwa Pangeran Regan bukan satu-satunya Pewaris. Bahwa dia sedang membentuk kekuasaan dengan darah terkutuk. Dan bahwa... kerajaan punya alternatif."

Runa menatapnya. "Alternatif?"

Kael memandang mereka dalam-dalam.

"Aku bukan pemberontak. Aku bukan pahlawan. Tapi jika rakyat butuh simbol harapan… maka aku akan berdiri."

Regan Menggerakkan Balas Dendam

Di ruang ritual, Regan duduk di atas singgasana batu. Di depannya berdiri sosok berselubung yang penuh luka dan jahitan.

Salah satu mantan anggota Unit Pemburu Takdir: Eryx, Sang Penghapus Nama.

Regan berbicara tanpa melihatnya. "Temukan Kael Arkhen. Hancurkan simbol pewarisannya. Dan bawa kepalanya… ke altar."

Eryx menunduk dalam. Suaranya seperti suara banyak orang dalam satu mulut.

"Aku akan membuat dunia lupa bahwa dia pernah lahir…"

Menuju Konfrontasi Baru

Malam itu, Kael berdiri sendirian di luar reruntuhan. Angin malam menggoyang jubahnya. Tanda di dadanya mulai menyala samar lagi.

Bukan api.

Tapi… angin.

Ia tahu.

Pewaris berikutnya telah bangkit. Di dataran tinggi yang terus berbisik.

Dan dengan itu, perjalanan berikutnya dimulai.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.