Bayangan Pemburu/ Takdir sang werewolf

Chapter 3: Pertarungan Takdir



Suasana di dalam gua semakin tegang, energi yang mengalir di sekitar Arvid dan The Hunter membuat udara terasa padat. Cincin yang kini terpasang di jari Arvid berkilau terang, memancarkan cahaya biru kehijauan yang menyelimuti sekitarnya. The Hunter melangkah maju, matanya merah menyala, berkilat penuh kebencian. Namun, di dalam diri Arvid, ada sesuatu yang jauh lebih besar dari amarah dan kebencian itu—sesuatu yang datang dari garis keturunan yang tak terhitung panjangnya.

"Kamu masih tak paham, Arvid," kata The Hunter dengan suara dalam yang bergetar di udara. "Cincin itu takkan cukup untuk menghentikanku. Kekuatan yang kamu bangkitkan bukan milikmu—itu adalah bagian dari perjanjian yang tak bisa diputuskan."

Arvid tidak menjawab. Sebaliknya, ia menggenggam erat cincin itu, merasakan energi yang mengalir seperti sungai liar di dalam tubuhnya. Tiba-tiba, tubuhnya mengeras, seolah-olah ia menjadi bagian dari kekuatan itu sendiri. "Aku takkan terikat pada perjanjian itu," katanya dengan suara serak namun penuh tekad. "Aku adalah takdirku sendiri."

The Hunter melangkah maju dengan kecepatan yang luar biasa, cakar-cakarnya menghantam udara dengan suara keras. Arvid, yang kini sudah lebih cepat dan kuat, menghindar dengan gesit. Dalam sekejap, ia muncul di belakang The Hunter dan menyerang dengan kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, meskipun serangannya mematikan, The Hunter cepat merespons, memutar tubuhnya dan menghadapi Arvid dengan tatapan yang penuh perhitungan.

"Begitu mudahkah kamu melawan takdirmu?" The Hunter bertanya, senyum menakutkan terukir di wajahnya. "Kamu tahu betul bahwa kekuatan yang kamu miliki ini takkan pernah cukup untuk mengalahkanku. Perjanjian ini sudah ada jauh lebih lama daripada umurmu."

Arvid merasakan kata-kata itu menggema di kepalanya. Semua yang selama ini ia tahu, tentang dirinya, tentang kutukan bulan purnama, tentang The Hunter—semuanya terasa semakin kabur. Namun, ada satu hal yang ia yakini: ia tidak akan membiarkan dirinya terperangkap dalam perjanjian ini. Kali ini, dia yang akan menentukan takdirnya.

Dengan sebuah teriakan yang menggelegar, Arvid memusatkan seluruh energinya ke dalam satu serangan. Cincin di jarinya bersinar dengan terang, dan tubuhnya berubah lagi, menjadi lebih kuat, lebih besar—sebuah bentuk yang lebih dari sekadar manusia atau serigala. Itu adalah wujud pemburu sejati, yang telah ada selama berabad-abad, yang menggabungkan kekuatan manusia dan serigala dalam satu kesatuan sempurna.

Lina, yang berdiri di sampingnya, menyaksikan dengan mata terbuka lebar. "Ini dia, Arvid. Ini adalah dirimu yang sebenarnya," kata Lina dengan suara penuh harapan. "Bergantung pada pilihanmu sekarang. Jangan biarkan dirimu terperangkap lagi."

Arvid merasakan kekuatan itu mengalir dalam dirinya, memenuhi setiap serat tubuhnya. Ketika ia melangkah maju, The Hunter pun bergerak cepat, menyambutnya dengan cakar yang mematikan. Namun, kali ini, Arvid sudah siap. Ia menghindar dengan kecepatan yang luar biasa dan melancarkan serangan balasan yang begitu kuat sehingga goresan cakar The Hunter tidak dapat menahan kekuatan serangannya.

The Hunter terhuyung mundur, matanya kini dipenuhi dengan kebingungan dan ketakutan. Arvid berdiri tegak, napasnya teratur meskipun pertempuran itu begitu sengit. "Aku tidak akan membiarkanmu mengendalikan hidupku lagi," katanya dengan suara rendah, namun penuh keyakinan.

Tiba-tiba, sebuah suara bergema di dalam gua, lebih dalam dari apapun yang bisa didengar oleh Arvid. Suara itu datang dari dalam—sebuah suara yang sangat familiar. Arvid menoleh dengan cepat, hanya untuk melihat sesuatu yang membuatnya terkejut. Sosok bayangan, lebih besar dari The Hunter, muncul di belakangnya. Dengan gerakan cepat, sosok itu menyentuh permukaan cincin di jari Arvid, membuatnya bergetar hebat.

"Kamu telah membuka pintu yang seharusnya tetap tertutup," suara itu bergema, lebih kuat daripada apapun yang pernah Arvid dengar.

Dengan cincin yang menyala di jarinya, Arvid merasakan sesuatu yang berbeda mengalir dalam dirinya. Tubuhnya terasa lebih berat, dan seakan ada kekuatan besar yang mencoba mengendalikan dirinya. Cahaya biru kehijauan dari cincin itu mulai memudar, digantikan oleh bayangan gelap yang mulai merayapi tubuhnya. Ada sesuatu yang sangat asing dan kuat yang bangkit.

Sosok besar muncul di belakangnya, dan Arvid bisa merasakannya—sebuah kekuatan yang jauh lebih besar dari apapun yang pernah ia bayangkan. Sosok itu begitu gelap, hampir seperti bayangan hidup yang terus bergerak dan mengelilinginya.

"Siapa... siapa kamu?" tanya Arvid, tubuhnya sedikit gemetar, tapi lebih karena ketegangan daripada takut.

Sosok itu hanya diam sejenak, lalu suaranya menggema di kepala Arvid. "Aku adalah kegelapan yang lama tertidur. Kamu baru saja membuka pintu ke dunia lain, Arvid. Sekarang, kamu harus memilih. Terus menjadi bagian dari garis pemburu, atau bergabung dengan sesuatu yang lebih besar."

Di belakangnya, The Hunter berdiri, seakan kebingungan dan marah. "Ini... tidak mungkin!" teriaknya. "Kekuatan itu bukan milikmu, Arvid!"

Arvid merasakan perasaan kacau di dalam dirinya. Terkurung di antara dua pilihan yang berat, ia mendengar suara Lina di dalam kepalanya. "Ingat siapa kamu sebenarnya, Arvid. Kamu bukan hanya seorang pemburu, dan kamu bukan sekadar serigala. Kamu lebih dari itu."

Dengan tekad yang baru, Arvid mengangkat kepala dan menatap sosok bayangan itu. "Aku memilih jadi diriku sendiri. Aku tidak akan membiarkan siapapun mengatur hidupku lagi."

Sosok bayangan itu diam, seolah-olah memikirkan kata-katanya, lalu berkata, "Kamu baru saja memilih jalan yang sulit."

Arvid merasakan kekuatan dalam dirinya semakin menguat. The Hunter, yang sudah tak sabar, maju dengan cakar terhunus. "Kamu tidak bisa melarikan diri dari takdirmu!" teriaknya. "Aku akan mengakhiri semua ini sekarang juga!"

Tapi kali ini, Arvid tak mundur. Ia melompat ke samping, menghindari serangan The Hunter, dan dengan satu pukulan kuat, ia membuat tubuh The Hunter terhuyung. Serangan itu cukup membuat The Hunter terjatuh, tubuhnya terbakar oleh energi yang dikeluarkan Arvid.

Arvid berdiri di atas tubuh The Hunter, nafasnya teratur meski pertempuran tadi intens. "Takdirmu sudah berakhir," kata Arvid dengan tenang.

Tiba-tiba, sosok bayangan itu mulai menghilang, suaranya terdengar dari dalam kegelapan. "Kamu sudah memilih, Arvid. Tapi ingat, perjalananmu baru saja dimulai."

Lina datang mendekat, masih terheran-heran melihatnya. "Kamu berhasil," katanya dengan kagum. "Kamu nggak hanya mengalahkan The Hunter, kamu juga memilih siapa dirimu."

Arvid menatap cincin di jarinya. Itu masih berat dengan kekuatan yang ada, meski cahaya biru itu sudah hilang. "Aku nggak tahu apa yang akan terjadi setelah ini," katanya, "Tapi aku tahu satu hal... Aku nggak akan pernah terikat lagi."

Saat mereka berdua beranjak pergi dari gua itu, perasaan tenang sesaat datang begitu saja, tetapi bayangan baru mulai muncul. Ini lebih gelap dan lebih kuat dari apa yang mereka bayangkan. Apa yang akan terjadi pada Arvid selanjutnya?

Bersambung


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.